Minggu, 30 Maret 2014

Surganya Penggemar Action Figure di Singapore

Buat penggemar action figure yang mau maen ke Singapore, jangan lupa masukan dalam daftar itinerary kunjungan ke surganya penggemar action figure di Singapore yaitu di China Square Central (CSC). Sebenarnya CSC sama aja seperti mall-mall kebanyakan, tapi di sana banyak terdapat toko-toko yang khusus menjual action figure. Konon setiap hari minggu di sana juga digelar flea market, semacam bazar, dimana para penggemar action figure tumplek disana untuk sekedar melihat-lihat atau jual-beli action figure baru maupun bekas yang di gelar di area mall. O ya jam buka di sana rata-rata sekitar jam 10:00 sampai dengan jam 18:00 dan sayangnya saya sempat mampir ke sananya bukan hari minggu dan udah hampir jam 19:00 lagi hiks-hiks, jadi hanya bisa melihat-lihat beberapa toko di lantai dasar yang masih buka.

Lokasi CSC lumayan dekat dengan Station MRT NE 4 Chinatown (purple line), masalahnya begitu naik ke atas station MRT China Town, ternyata areanya berada di tengah-tengah mall/toko-toko yang crowded dan cukup membingungkan buat yang pertama kali kesana. Masalah lain waktu saya tanya ke beberapa orang, dari yang muda sampai yang tua, termasuk ke penjaga toko 711, pada ga tau euy CSC itu di mana. Mungkin bagi orang Singapore CSC bukan mall yang terkenal kali ya. Akhirnya berbekal peta dan insting, kita coba jalan ke arah jalan besar, belok kiri, dan ternyata langsung terlihat di seberang jalan sebelah kiri ada Mall Chinatown Point dan sebelah kanannya ada Hotel 81 Chinatown, nah dah sesuai deh dengan yang di peta. Jadi sepertinya kalo pas keluar dari Station MRT rada bingung dan mau tanya ke orang, tanya dulu aja arah ke Chinatown Point atau hotel 81. Dari jalan yang terdapat Hotel 81 (dengan Chinatown Point di seberangnya), tinggal jalan lurus sampai akhirnya terlihatlah di pojokan seberang sebelah kiri ada gedung CSC yang penampakannya sesuai dengan foto gedung yang sebelumnya dah saya browsing di internet. Hapalkan saja lambang khasnya yang terletak di atas gedung, dari jauh dah kelihatan. Kalau dari peta di bawah sepertinya ada tempat keluar Station MRT DT 19 Chinatown (blue line) yang lebih dekat dari CSC, tapi perasaan pas jalan lewat sana ga nemu deh tempat keluarnya. 

Peta Menuju CSC dari Station MRT NE 4 Chinatown

Gedung CSC dengan Lambang Khasnya di Atas Gedung (sumber: www.streetdirectory.com)

Karena sampainya sudah menjelang malam, hanya ada beberapa toko yang masih buka, tapi sudah cukup membuat saya kalap karena jarang-jarang nemu mall yang isinya action figure melulu. Masuk ke salah satu toko yang dijaga ibu tua yang ramah tapi sayang ga gitu paham mengenai figure-figure yang saya incar, kayanya bantuin jaga toko cucunya, sayang cucu hehe. Si ibu sempet cerita kalo tokonya hanya menjual figure-figure ori, dan nasehatin kalo beli jangan yang kw soalnya banyak mengandung bahan-bahan berbahaya apalagi kalo sampai digigit-gigit anak kecil katanya. Hmm baiklah auntie yang baik, terima kasih atas nasehatnya. Kalo dari harga, setelah di kurs ke rupiah rata-rata sebenarnya hampir sama harganya dengan yang biasa di jual di toko atau online shop di Indonesia (kecuali kalo rupiah lagi menguat kali ya hehe). Keunggulannya adalah karena dalam satu lokasi tokonya banyak, sehingga banyak pilihan dan sekalian juga cuci mata.
 
Kalap Ngeliat Action Figure
Setelah keluar masuk beberapa toko, akhirnya menemukan Wolverine Classic yang dah lama saya cari. Asiknya meski di mall, ternyata kita masih bisa nawar harga loh, jadi berbekal bahasa Inggris pas-pasan campur bahasa monyet, dan kalkulator si penjaga toko, tawar-menawarlah kita sampai deal dan si wolvie pun ikut pulang ke tanah air. Mudah-mudahan ada rejeki, bisa kesana lagi dan harus hari Minggu pas ada flea market biar puas dah hehehe.
Oleh-oleh dari CSC-Wolverine

Rabu, 26 Maret 2014

Cara Mudah Mendapat Persetujuan Kredit

Saya tergelitik membuat tulisan ini karena maraknya buku-buku, seminar, atau blog yang menjabarkan berbagai cara mudah yang penting tujuan tercapai, yaitu untuk mendapatkan persetujuan kredit bank. Padahal pada dasarnya bank juga merupakan partner bisnis untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan kita baik konsumtif maupun produktif. Nah bukankah apabila kita ingin berhasil kita semestinya jujur dan amanah kepada partner kita?  Yah mungkin ada juga sih yang berhasil tanpa kedua hal tersebut, tapi mudah-mudahan tidak barokah, hehehe

Nah untuk mendapatkan persetujuan kredit, kita perlu tau hal-hal apa saja yang ditelaah oleh para account officer atau analis itu untuk memutuskan apakah seseorang layak mendapatkan kredit atau tidak. Ada teori umum yang biasanya selalu digunakan dalam penilaian, yaitu 5C yang akan saya coba jelaskan semampu saya sebagai berikut (untuk pengertian beberapa istilah dapat dilihat pada coretan saya sebelumnya di "Istilah-istilah Dalam Pengajuan Kredit Bank" atau di "Cara Menghitung Llimit Kredit Yang Diberikan Bank"):
  1. Character: karakter atau sifat orang yang sebenarnya paling sulit ditebak, dalamnya laut dapat diukur, tapi dalamnya hati? Paling mudah dilihat dari Informasi Debitur Bank Indonesia (ID BI) yang merupakan laporan history kredit yang dimiliki seseorang dari semua lembaga pembiayaan yang diterbitkan oleh BI. Dari situ biasanya terlihat apakah kita sebelumnya punya kredit, pernah nunggak, dan lain-lain. Dari aspek ini jelas bahwa kita harus menjaga nama baik kita di perbankan, apabila kita akan mengambil kredit, pastikan kita yakin dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kelancaran angsuran kredit tersebut. Karena history kredit kita akan selalu terekam oleh laporan BI, apabila laporan kita bagus, kemungkinan untuk lolos kredit semakin besar. Selain dari ID BI, karakter seseorang dapat diketahui dari wawancara dengan lingkungan sekitar, atasan, rekan kerja atau keluarga dekat. Untuk itulah perlunya hubungan baik dengan lingkungan kita, menjaga sikap perilaku, dan menjaga kepercayaan pada kehidupan sehari-hari.
  2. Capital: modal atau dana sendiri, misalnya untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maka diperlukan modal sekitar 30% dari nilai rumah yang akan kita beli dan diagunkan atau bank hanya akan memberikan sekitar kredit sekitar 70% dari nilai rumah yang akan diagunkan (Loan to Value). Pastikan kita memiliki bukti-bukti seperti kuitansi pembayaran uang muka rumah yang akan di-KPR-kan atau dana telah tersedia di rekening tabungan.
  3. Capacity: kemampuan membayar angsuran kredit yang akan dilihat dari pemasukan rata-rata setiap bulannya. Salah satu cara untuk meyakinkan bank adalah dengan cara memasukan secara rutin pendapatan kita, baik gaji atau hasil usaha ke dalam rekening tabungan kita. Selain itu bagi wiraswasta/profesional penting untuk selalu mencatat dan menyimpan bukti-bukti transaksi kegiatan usahanya. Dari bukti-bukti inilah pendapatan rata-rata bulanan dapat diyakini dan diaksep untuk kemudian digunakan untuk menghitung Debt Service Ratio/Debt Burden Ratio.
  4. Collateral: agunan atau jaminan dari kredit yang akan kita ambil, yang paling umum berupa tanah dan rumah yang sertifikatnya nanti akan disimpan di bank. Untuk itu apabila hendak membeli rumah atau mengagunkan rumah, pastikan rumah yang akan diagunkan layak menjadi agunan bank. Beberapa kriteria agunan layak misalnya tidak terletak di tusuk sate, tidak dekat menara listrik tegangan tinggi, tidak dalam wilayah sering banjir, jalan di depan rumah minimal 3 meter, tidak semi permanen, dan berada di daerah yang layak huni serta mudah dijual kembali. Lakukan pembersihan dan perbaikan seperlunya agar pada saat datang penilai dari bank atau appraisal maka penilaian dapat diberikan secara maksimal. Selain layak secara fisik, pastikan pula agunan tersebut memiliki surat menyurat yang sah dan sesuai, yaitu Sertifikat kepemilikannya, Ijin Mendirikan Bangunan, serta PBB yang selalu dibayarkan setiap tahun.
  5. Condition: kondisi dari bidang/jenis usaha secara umum, kondisi ekonomi, dan hal-hal lain yang sekiranya dapat mempengaruhi kelancaran pembayaran kredit, serta mempengaruhi kemampuan bank memberikan kredit. Apabila dilihat dari sisi calon debitur, misalnya ada kondisi dari suatu jenis usaha yang tidak lagi menarik untuk dijadikan sumber pendapatan bagi bank contohnya usaha wartel. Demikian juga jenis usaha dari perusahaan tempat calon debitur bekerja (pegawai), dapat mempengaruhi keputusan pemberian kredit. Misalnya perusahaan tersebut terinformasi kontraknya dengan klient utama sudah hampir habis, maka pengajuan kredit pegawai perusahaan tersebut akan sulit disetujui. Apabila dilihat dari sisi bank misalnya ada kebijakan dari pemerintah atau BI yang mengharuskan memperketat pemberian kredit. Untuk itu apabila perlu juga melihat timing yang tepat apabila hendak mengajukan kredit ke bank.
Setelah memahami teori tersebut di atas, ga perlu deh gugling cara-cara ngakalin bank, selain ga barokah, beberapa teknik yang diumbar di luar sana seringkali mengandung unsur penipuan yang suatu saat bisa merugikan pihak lain dan menimbulkan tuntutan hukum pada kita.  Semoga dengan memahami jalan pikiran seorang account officer atau analis bank dalam memberikan penilaian kepada calon debitur melalui 5C tersebut, kita bisa menjaga atau menyiapkan 5C jauh-jauh hari sebelum perlu mengajukan kredit, sehingga pada saat dibutuhkannya nanti kemungkinan kita bisa mendapatkan persetujuan kredit akan jauh lebih besar.